Dono (pelawak)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Dono Warkop)

Dono
Dono pada dekade 1990-an.
LahirWahjoe Sardono
(1951-09-30)30 September 1951
Delanggu, Klaten, Jawa Tengah
Meninggal30 Desember 2001(2001-12-30) (umur 50)
Jakarta Pusat, DKI Jakarta
Sebab meninggalKanker paru-paru
Tempat pemakamanTPU Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
AlmamaterUniversitas Indonesia
Pekerjaan
  • Aktor
  • pelawak
  • dosen
Tahun aktif1975–2001
Dikenal atasAnggota Warkop DKI
Suami/istri
Titi Kusumawardhani
(m. 1977; meninggal 1999)
Anak3
IMDB: nm1295457

Wahjoe Sardono (Ejaan Yang Disempurnakan: Wahyu Sardono; 30 September 1951 – 30 Desember 2001), lebih dikenal dengan mononim Dono, adalah seorang aktor, pelawak, dan dosen berkebangsaan Indonesia. Ia merupakan salah satu personel dari kelompok lawak Warkop. Lahir di Delanggu, Klaten, karier Dono dirintis saat masih berkuliah di Universitas Indonesia (UI) dengan menjadi karikaturis dan aktivis sosial. Ia kemudian dipilih sebagai asisten dosen oleh guru besar sosiologi UI, yaitu Selo Soemardjan, dan mulai mengajar sejumlah kuliah umum serta kuliah kelompok bersama Paulus Wirutomo.

Setelah lulus kuliah, Dono mulai membangun popularitas bersama kelompok Warkop yang kemudian membintangi 34 judul film bertema komedi selama kurun waktu dari tahun 1980 hingga 1995. Mereka melanjutkan kesuksesan tersebut melalui program serial televisi dari tahun 1996 hingga 2000. Selain itu, Dono juga aktif menulis beberapa novel dan berbagai artikel bertema sosial kemasyarakatan di media massa hingga akhir hayatnya. Ia meninggal dunia pada akhir tahun 2001 akibat penyakit kanker paru-paru.

Kehidupan awal[sunting | sunting sumber]

Dono dilahirkan dengan nama lengkap Wahjoe Sardono di Delanggu, Klaten, Jawa Tengah. Ia merupakan anak dari pasangan Tjitro Soedijono, seorang polisi, dan istrinya, Soenarmi. Ia merupakan anak laki-laki satu-satunya dari empat bersaudara. Dono menyatakan bahwa rincian arti dari namanya adalah sebagai berikut: "Wahyu" artinya rahmat Tuhan, "Sar" bermakna lahir di bulan Jawa Besar (bertepatan dengan bulan Zulhijah dalam kalender Islam), sementara "Dono" berarti pemberian. Jadi, secara harfiah, makna dari namanya adalah rahmat Tuhan sebagai pemberian yang paling besar.[1]

Dono bersekolah di SD Negeri 1 Kebon Dalem dan melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 2 Klaten.[2] Saat masih kecil, Dono mengaku bahwa ia sering terlibat perkelahian karena diajak "bergaya-gayaan" oleh teman-temannya. Namun, ia sendiri justru lebih banyak bertahan dan menangkis daripada memukul.[3] Ia juga pernah terbawa hanyut di sebuah sungai saat akan pulang ke rumah setelah menonton acara wayang kulit semalam suntuk.[1] Memasuki masa SMA, Dono bersekolah di SMA Negeri 3 Surakarta. Saat itu, ia harus berjuang naik sepeda puluhan kilometer pulang-pergi dari Klaten ke Surakarta setiap hari untuk bisa bersekolah.[4] Pada saat itulah, bakat kepemimpinan Dono mulai terlihat saat ia dipercaya menjadi ketua OSIS.[5] Pada awalnya, Dono sempat bercita-cita menjadi seorang dokter. Namun, karena kurang berusaha keras, ia terpaksa memilih jurusan IPS saat pemilihan jurusan. Setelah penjurusan tersebut, Dono kemudian mengubah cita-citanya menjadi seorang wartawan. Pada saat itu, ia juga sudah mulai rajin menggambar kartun dan karikatur, serta menulis puisi untuk dicoba dimuat di beberapa surat kabar.[1]

Karier[sunting | sunting sumber]

Karier awal[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1971, setelah lulus dari SMA, Dono memilih untuk merantau ke Jakarta dan melanjutkan pendidikannya di Universitas Indonesia dengan mengambil jurusan sosiologi. Adik Dono yang kemudian menjadi staf pengajar di Fakultas Ekonomi UI, Rani Toersilaningsih, menuturkan bahwa kakaknya memilih jurusan sosiologi karena memang suka mengamati orang, lingkungan, dan sebagainya yang kemudian Dono tuangkan dalam bentuk tulisan ataupun gambar karikatur.[6] Ayah Dono sebenarnya lebih ingin melihatnya masuk ke jurusan ilmu politik, tetapi Dono menolak. Meski demikian, sang ayah akhirnya tetap mendukung pilihan anaknya tersebut dengan syarat harus konsisten dan berprestasi.[6] Dono kemudian berteman dekat dengan Paulus Wirutomo, meskipun mereka berbeda satu angkatan. Mereka selanjutnya berkompetisi dengan mendirikan majalah mahasiswa independen yang tidak terikat dengan birokrasi kampus. Dana untuk majalah tersebut berasal dari dompet pribadi masing-masing, tetapi keduanya tidak bergabung dalam satu majalah yang sama.[6]

Dono selanjutnya aktif bekerja di beberapa surat kabar, antara lain di Tribun dan Salemba, terutama sebagai kolomnis dan karikaturis. Kedua media cetak itu berhenti terbit pada tahun 1974.[2] Dono selanjutnya diajak bergabung dengan kelompok lawak Warung Kopi yang didirikan setahun sebelumnya. Dono bersama Kasino, Indro, Nanu Moeljono, dan Rudy Badil kemudian dikontrak untuk mengisi siaran bergaya obrolan warung kopi di radio swasta Prambors.[7] Di sela-sela kegiatan kuliahnya, Dono juga bergabung menjadi anggota Kelompok Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) bersama Kasino dan Nanu. Oleh karena itu, beberapa film Warkop seringkali memunculkan adegan yang memperlihatkan aktivitas mereka sebagai pecinta alam.[8]

Menjadi asisten Selo Soemardjan[sunting | sunting sumber]

Memasuki tahun kelima sebagai mahasiswa, Dono diangkat sebagai asisten dosen oleh Selo Soemardjan, seorang guru besar sosiologi di UI. Ia kembali berduet dengan Paulus Wirutomo, yang telah lebih dulu diangkat sebagai asisten. Mereka berdua berbagi tugas mengajar sejumlah kuliah umum dan kuliah kelompok. Kuliah umum biasanya ditujukan untuk mahasiswa baru dan berisi konsep-konsep dasar sosiologi yang langsung disampaikan oleh Profesor Selo. Sementara untuk kuliah kelompok, tugasnya akan diemban oleh asisten dosen.[6] Ketika Profesor Selo tidak dapat hadir dalam kuliah umum, maka asisten akan menggantikannya. Profesor Selo tidak memberikan kesempatan mengajar kepada mahasiswanya secara sembarangan, hal ini menunjukkan bahwa Dono dan Paulus merupakan mahasiswa yang cerdas dan tekun dalam mempelajari ilmu sosiologi.[6]

Semasa menjadi dosen, Dono dikenal sebagai sosok yang tegas dan disiplin. Salah satu anggota Warkop, yaitu Nanu Moeljono, pernah menjadi mahasiswa yang diajar oleh Dono. Secara kebetulan, Nanu tidak lulus dalam kelas yang diajarkan Dono karena sering bolos dan tidak masuk kelas.[9]

Kegiatan aktivisme[sunting | sunting sumber]

Dalam pergerakan mahasiswa, Dono termasuk salah satu individu yang sangat kritis. Pada Januari 1974, ia pernah turun ke jalan dalam aksi demonstrasi yang kemudian dikenal dengan istilah Peristiwa Malari. Dalam aksi demonstrasi tersebut, Dono beserta mahasiswa lain turun ke jalan untuk menolak dominasi ekonomi Jepang di Indonesia. Aksi tersebut berakhir dengan ditangkapnya sejumlah mahasiswa UI oleh pihak keamanan, salah satunya Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) UI, Hariman Siregar.[10] Selain itu, akibat keberanian Dono menggambar beberapa karikatur yang kemudian dinilai sensitif karena menyinggung era pemerintahan Orde Baru, rumah orang tuanya di Delanggu sempat didatangi tim intel dan kepolisian. Dengan santai, ayah Dono menanggapinya bahwa apa yang coba dikatakan Dono adalah sebuah kebenaran dan sama sekali tidak ada maksud untuk melakukan makar kepada pemerintah.[6]

Pada tahun 1998, Dono kembali turun bersama para mahasiswa. Kali ini, ia dengan berani menghadang aparat keamanan yang mencoba masuk ke Universitas Katolik Atmajaya. Saat itu, Dono tak gentar berhadapan dengan para tentara hanya dengan menggunakan selang hidran demi menyelematkan ribuan mahasiswa yang lari tunggang langgang masuk ke dalam kampus.[10] Menurut mantan wartawan senior Kompas, Budiarto Shambazy, Dono memiliki peran yang patut dikenang dalam demonstrasi Mei 1998 yang berujung pada mundurnya Presiden Soeharto. Diketahui, Dono ikut menyiapkan kerangka acuan untuk orasi, mengatur kunjungan ke DPR, hingga menyiasati aksi-aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa.[11]

Puncak kesuksesan bersama Warkop[sunting | sunting sumber]

Dono pada tahun 1988.

Aktivitas Dono yang padat sempat membuat skripsinya terbengkalai. Ia membuat skripsi tentang sejauh mana pemerataan pendidikan terwujud di kampung halamannya di Delanggu. Skripsi yang berjudul Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Murid di Sekolah: Studi Kasus SMP Negeri Desa Delanggu berhasil ia pertahankan pada sidang penelitian yang ia lakukan di tahun 1978.[12] Tidak lama setelah lulus sebagai sarjana sosiologi, ia mulai meninggalkan pekerjaannya sebagai dosen untuk fokus di dunia hiburan bersama grup Warkop melalui film perdana mereka yang berjudul Mana Tahaaan... yang dirilis pada tahun 1980. Film tersebut mendapatkan kesuksesan yang besar saat masa penayangannya di bioskop.[13] Selama kurun waktu tahun 1980 sampai dengan tahun 1995, grup Warkop Prambors, yang kemudian berganti nama menjadi Warkop DKI, sudah membintangi 34 film komedi dan satu film dokudrama.[14] Pada waktu tersebut, Dono kerap mendapat tawaran beasiswa pascasarjana ke Amerika Serikat, tetapi ia menolak karena tidak ingin membuat formasi grup Warkop terganggu karena ketiadaannya yang harus kuliah di luar negeri.[15]

Di luar dunia hiburan, Dono sering menyempatkan diri untuk menjadi penulis lepas di beberapa media cetak dan juga menjadi dosen tamu dalam beberapa kuliah umum yang diselenggarakan oleh universitas.[9] Ia juga melanjutkan hobinya sebagai pembuat karikatur dengan menggunakan nama pena istrinya, Titi Kusumawardhani.[16] Selain itu, Dono juga menulis novel pertamanya yang berjudul Balada Paijo, yang terbit pada tahun 1987. Dalam novel tersebut, ia mengangkat tema mengenai kehidupan seorang pemuda desa yang sok kritis saat pertama kali datang ke kota.[17] Sampai akhir hayatnya pada tahun 2001, Dono telah menulis sebanyak lima novel. Novel terakhirnya, yang berjudul Senggol Kiri Senggol Kanan, baru diterbitkan pada tahun 2009. Dalam novel tersebut, Dono meninggalkan tema kehidupan pemuda dan menggantinya dengan tema mengenai permasalahan rumah tangga seorang karyawan.[17]

Dono juga sempat turun sebagai produser dan penulis skenario untuk film Peluk Daku dan Lepaskan yang dirilis pada tahun 1991. Dalam film tersebut, Dono menggunakan nama pena anaknya, Ario Damar. Selepas film Pencet Sana Pencet Sini yang dirilis pada tahun 1995, Dono bersama Kasino dan Indro sepakat untuk tidak lagi bermain film sebagai tanda solidaritas untuk industri perfilman Indonesia. Pada saat itu, bisnis perfilman nasional sedang lesu akibat banyaknya film bertema dewasa dan serbuan film-film impor dari luar negeri, terutama dari Hollywood, Bollywood, dan Hong Kong. Grup Warkop kemudian beralih ke media televisi melalui serial Warkop DKI (yang kemudian berganti nama menjadi Warkop Millenium setelah Kasino meninggal dunia pada tahun 1997). Dono berperan dalam serial ini sampai akhir hayatnya pada tahun 2001.

Dono sebagai karakter dalam film[sunting | sunting sumber]

Pada awalnya, Dono memerankan karakter Slamet yang merupakan penggambaran seorang lelaki Jawa yang lugu. Karakter Slamet ini ia perankan selama bersiaran di Radio Prambors. Saat pertama menjadi aktor film, Dono tetap memerankan karakter tersebut dalam tiga film awal yaitu Mana Tahaaan..., Gengsi Dong dan GeEr - Gede Rasa. Dalam Gengsi Dong diketahui bahwa nama panjang dari Slamet adalah Raden Mas Ngabei Slamet Condrowirawatikto Edi Pranoto Joyosentiko Mangundirjo Kusumo yang berasal dari keluarga pedagang tembakau kaya didesanya. Sementara dalam GeEr - Gede Rasa diceritakan bahwa Slamet kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan di Jakarta, tetapi ia pantang pulang ke kampung halaman sebelum benar-benar bisa sukses di kota.

Saat produksi film Warkop diambil alih oleh Parkit Film dan kemudian oleh Soraya Intercine Films, barulah Dono memerankan karakter "Dono" yang digambarkan selalu mengalami nasib sial dalam kehidupan sehari-hari, tetapi selalu mujur dalam hal menarik pesona wanita cantik. Ia juga mendapat julukan "Si Bemo" karena penampilan wajahnya yang sekilas mirip dengan bemo. Dono sendiri sempat berujar dalam sebuah wawancara pada tahun 1995 bahwa "jika dalam film ia selalu mengalami sial yang berlebihan, mungkin tidak akan ada yang menonton filmnya, karena itulah ia selalu dipasangkan dengan aktris-aktris cantik".[1]

Kehidupan pribadi[sunting | sunting sumber]

Keluarga[sunting | sunting sumber]

Dono bertemu dengan calon istrinya, Titi Kusumawardhani, saat masa perploncoan di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UI. Jauh sebelum Dono duduk di bangku SMP, keluarganya pernah bermain jailangkung dan menanyakan siapa jodoh Dono. Permainan boneka mistis tersebut menyebutkan nama jodoh Dono, yaitu Titi Kusumawardhani dari Madiun. Secara kebetulan, saat dewasa, ia menemukan kekasih hatinya persis seperti yang disebutkan oleh jailangkung tersebut.[18] Dono dan Titi kemudian menikah pada tahun 1977 dan dikaruniai tiga orang anak, yaitu Andika Aria Sena, Damar Canggih Wicaksono, dan Satrio Sarwo Trengginas.[19] Titi meninggal dunia pada tahun 1999 karena penyakit kanker payudara.[20]

Akhir hayat[sunting | sunting sumber]

Kesehatan Dono mulai menunjukkan penurunan pada tahun 2000. Awalnya, ia didiagnosis menderita penyakit paru-paru basah yang mengharuskannya bolak-balik masuk rumah sakit. Selain itu, Dono juga diketahui memiliki tumor di bagian bokong. Ia menjalani operasi pengangkatan tumor tersebut di Rumah Sakit Kramat di Jakarta Pusat pada bulan September 2000.[21] Memasuki tahun 2001, diketahui tumor yang diderita oleh Dono sudah merambat ke arah paru-paru dan liver, dan membuatnya terkena vonis kanker paru-paru stadium akhir.[22]

Pada tanggal 29 Desember 2001, kondisi Dono semakin memburuk. Ia saat itu sudah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Saint Carolus, Salemba. Dono akhirnya meninggal dunia pada hari Minggu dinihari tanggal 30 Desember, setelah sempat mengalami tiga kali masa kritis.[21] Jenazahnya dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir keesokan harinya. Sebelumnya, pihak keluarga sempat berencana untuk memakamkan Dono di Surakarta.[23]

Filmografi[sunting | sunting sumber]

Film[sunting | sunting sumber]

Sebagai pemeran[sunting | sunting sumber]

Sebagai produser[sunting | sunting sumber]

Tahun Judul Catatan Ref.
1991 Peluk Daku dan Lepaskan Juga menjadi penulis cerita dengan memakai nama pena Ario Damar [24]

Serial televisi[sunting | sunting sumber]

Tahun Judul Peran
1996–1997 Warkop DKI Dono
1999–2000 Warkop Millenium Dono

Dalam budaya populer[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d "Dono: Banyak yang mencoba menjadi saya tetapi semuanya gagal - Dibalik Bintang". YouTube. Apa Aja Boleh (Media Nusantara Citra). Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 Juni 2022. Diakses tanggal 30 Juni 2022. 
  2. ^ a b Al Birra, Fadhil (30 Desember 2016). "Mengenang 15 Tahun Meninggalnya Dono Warkop DKI". Jawa Pos. Diakses tanggal 28 Mei 2024. 
  3. ^ Hutapea, Anisa (1 Desember 2022). "5 menit diatas panggung tak ada yang tertawa, inilah suka duka Dono Warkop jadi komedian semasa hidup". Hops.id. Diakses tanggal 28 Mei 2024. 
  4. ^ Asrianti, Shelbi (29 Agustus 2017). "Bukan Solo, Ini Sebenarnya Daerah Asal Dono". Republika. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 Maret 2023. Diakses tanggal 24 Agustus 2018. 
  5. ^ Asmayadi, Rahmat (10 Januari 2019). "Mengenal Sosok Dono, Salah Satu Komedian Serba Bisa yang Indonesia Punya". Hipwee. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-05-28. Diakses tanggal 28 Mei 2024. 
  6. ^ a b c d e f Hanggoro, Hendaru Tri (24 Juli 2020). "Dono Mahasiswa Kritis". Historia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-27. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  7. ^ Nurhadi (23 September 2021). "Sejarah Warkop DKI yang Kerap Menyentil Penguasa Orde Baru". Tempo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-01. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  8. ^ Firdausi, Annisa (1 Oktober 2022). "Dono Warkop Bukan Sekadar Pelawak, Mapala UI hingga Aktivis 1998". Tempo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-09-28. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  9. ^ a b Muarabagja, Mohammad Hatta (31 Desember 2023). "Sisi Lain Dono Warkop Bukan Pelawak Biasa, Indro Warkop: Dosen Killer". Tempo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-12-31. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  10. ^ a b Suminar, Agustina (26 Agustus 2016). "Dono Warkop: Komedian, Dosen Hingga Aktivis Peristiwa Malari dan Trisakti". Good News From Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-18. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  11. ^ Rahmadhani, Devi Ari (10 Februari 2024). "Di Simpang Lima Semarang, Ganjar Bangkitkan Dono Warkop DKI dengan Kaos Clean Government". Okezone. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-02-18. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  12. ^ "Viral Skripsi Dono Warkop di Media Sosial Tentang Privilege Anak Orang Kaya". Radio Prambors. 15 Februari 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-21. Diakses tanggal 19 Mei 2024. 
  13. ^ "Mana Tahan, film pertama Warkop DKI bikin mengocok perut". merdeka.com. 2012. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  14. ^ Kahirani, Meuthia (23 September 2023). "9 Fakta Menarik Warkop DKI, Grup Lawak Legendaris yang Genap 50 Tahun Sukses Menghibur Masyarakat Indonesia". Beautynesia. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  15. ^ "Indro Kenang Perjuangan Dono Korbankan Beasiswa S2 Demi Karier Warkop DKI". akurat.co. 8 Mei 2018. 
  16. ^ Hanggoro, Hendaru Tri (13 Agustus 2020). "Dono dan Karikatur-karikaturnya". Historia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-30. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  17. ^ a b Hanggoro, Hendaru Tri (13 Juli 2020). "Dono dan Novel-novelnya". Historia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-11-29. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  18. ^ Isnaeni, Hendri F. (23 Juli 2020). "Jodoh Dono ditunjukkan jailangkung". Historia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Juni 2021. Diakses tanggal 27 Juni 2021. 
  19. ^ Nisya (2021). "Anak Dono Warkop". The Asian Parent. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Juli 2022. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  20. ^ Nur Qasanah, Siti (26 Oktober 2021). "Istrinya Meninggal Duluan 2 Tahun Sebelum Dirinya, Ini Kekhawatiran Mendiang Dono Warkop DKI Sebelum Meninggal Dunia, Indro Sampai Berjanji Lakukan Hal Ini demi Sahabatnya". grid.id. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  21. ^ a b "Dono Warkop Meninggal Dunia". Liputan 6. 30 Desember 2001. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-05. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  22. ^ Hifzurahman, Muhammad Feraldi (23 Mei 2023). "Memori Janji Waktu Subuh Antara Indro dan Dono Warkop DKI". CNN Indonesia. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  23. ^ "Siang Ini Dono Dimakamkan di Tanah Kusir". Liputan 6. 31 Desember 2001. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-05. Diakses tanggal 29 Mei 2024. 
  24. ^ "Peluk Daku dan Lepaskan". Film Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-05. Diakses tanggal 5 Mei 2022. 
  25. ^ Sobry, Al (27 September 2017). "Ini Kesan Abimana Aryasatya Jadi Dono-Donoan!". grid.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-30. Diakses tanggal 30 Juni 2022. 
  26. ^ Sembiring, Ira Gita Natalia (16 Maret 2019). Dewi, Bestari Kumala, ed. "Aliando Syarief Rela Cukur Alis dan Bulu Mata demi Dono Warkop DKI". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-03. Diakses tanggal 30 Juni 2022. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]