Aksesori

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Penjual aksesori tradisional di Desa Pampang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Dunia aksesoris atau yang lebih dikenal dengan istilah mode memiliki kaitan erat dengan pengaruh kebudayaan. Dalam dunia mode, aksesori (serapan dari Belanda: accessoire) adalah benda-benda yang dikenakan seseorang untuk mendukung atau menjadi pengganti pakaian. Bentuk aksesori bermacam-macam dan banyak di antaranya terkait dengan peran gender pemakainya. Aksesori dalam bahasa Indonesia hampir selalu berarti fashion accessory dalam penggunaan dalam bahasa Inggris.

Jenis aksesori bermacam-macam, seperti perhiasan (anting-anting atau giwang, kalung, gelang, bros), selendang, sabuk, suspender, dasi, syal, sarung tangan, sapu tangan, tas, topi, arloji, kacamata, dan pin. Busana tradisional memiliki aksesori khas yang biasanya dikenakan sebagai perlambang tertentu, seperti destar, sindur, tusuk konde, kembang goyang, dan keris.

Mode dan Kebudayaan[sunting | sunting sumber]

Secara mendasar, pakaian (busana) adalah kebutuhan manusia. Akan tetapi, faktor kebudayaan membentuk berbagai macam gaya dan ciri pakaian. Berbagai bentuk kebudayaan di dunia menghasilkan jenis aksesoris yang digunakan masyarakatnya. Dalam kaitannya dengan kebudayaan, dapat dibedakan dilihat pada pengaruh urban ataupun bentuk 'kelokalan' yang terdapat pada kebudayaan asli setempat ataupun percampuran dari keduanya. Keterbukaan masyarakat terhadap dunia luar mendorong masuknya pengaruh urban, dan kuatnya nilai-nilai kebudayaan lokal mendorong enkulturasi pada masyarakat setempat. Dalam pandangan kebudayaan memperlihatkan mode sebagai unsur representatif atau perlambangan dalam suatu ciri kebudayaan dan atau identitas komunitas etnis. Sering sekali, perlambangan mode dalam suatu komunitas etnis berangkat dari nilai dan makna filosofi setempat. Dalam pandangan seni, mode adalah media representatif dari idiomatik ornamen tradisional ataupun budaya lainnya yang termasuk ke dalam cabang induk seni rupa.

Sedangkan pengaruh urban, mendorong berbagai bentuk penyesuaian mode ke arah yang lebih kontemporer dan terbuka ke orang-orang luar (dunia luar). Meskipun budaya urban juga membawa manfaat kemudahan penyebaran unsur kebudayaan tradisional melalui media teknonologi. Namun pula, pengaruh budaya urban mendorong kelonggaran tersendiri sehingga penggunaan mode dapat digunakan dan dimiliki oleh siapa saja.


Untuk melihat hal ini pula, dapat menelusuri fungsi mode berdasarkan konteksnya:

  • Pakaian sebagai simbol
  • Pernikahan
  • Seremonial
  • Kostum pada pertunjukan seni
  • Cinderamata
  • Trend
  • Kebiasaan berbelanja pada hari raya

Pakaian sebagai Simbol[sunting | sunting sumber]

Pakaian juga dipahami sebagai representasi seseorang terhadap pekerjaan. Beberapa perusahaan dan instansi memiliki seragamnya tersendiri, dan terdapat atribut yang menandakan posisi hirarki seseorang dalam suatu perusahaan atau instansi. Pakaian juga dapat menjadi simbol golongan kepercayaan tertentu, hal ini disebabkan adanya aturan yang menetapkan kriteria pakaian yang harus digunakan baik dalam proses ibadah ataupun yang digunakan sehari-hari. Selain itu, pakaian atau mode dapat digunakan sebagai identitas kesukuan seseorang.

Pernikahan dan Seremonial[sunting | sunting sumber]

Penggunaan mode dalam acara pernikahan dan seremonial lainnya sering terlihat pada demografi masyarakat yang multikultural ataupun kebudayaan yang lebih dominan di suatu tempat. Semisal di kota Medan, berbagai mode digunakan sebagai representatif atau kesatuan simbol dari identitas kesukuan pemilik acara pernikahan. Penggunaan mode pada seremonial juga terlihat pada busana yang digunakan tokoh pejabat pemerintah, ataupun penari tarian tradisional. Dalam kehidupan perkotaan, biasanya mode-mode ini disewakan oleh perias pengantin.

Kostum pada pertunjukan seni[sunting | sunting sumber]

Di Indonesia, banyak pelaku musik tradisional kontemporer dari berbagai daerah mengenakan mode (busana) tradisional untuk mengikat kesatuan tema dengan musik tradisional yang ditampilkan. Selain itu, mode ini juga hadir sebagai merchandise band-band yang diperjual-belikan kepada penggemar. Perbedaan keduanya adalah konteksnya, busana yang dikenakan oleh pelaku musik tradisional kontemporer sebagai representatif identitas kelompok etnis. Sedangkan merchandise representatif kegemaran kepada band yang disenangi.

Cinderamata[sunting | sunting sumber]

Mode juga dimanfaatkan sebagai cinderamata bagi wisatawan. Dalam aspek budaya urban tidak membatasi hasil-hasil kreativitas untuk menuangkannya ke dalam bentuk-bentuk mode. Beberapa kota-kota dan tempat beberapa tempat di Indonesia juga memiliki kaos-kaos hasil kreativitas 'lokal' seperti desain kaos yang menghadirkan landmark, ornamen, figur mitologi, serta objek kebendaan lainnya, dll. Pada situs wisata yang terdapat di wilayah rural menjual berbagai cinderamata (souvenir) yang berkaitan erat dengan etnis setempat.

Cinderamata dimanfaatkan sebagai pengingat pada suatu tempat yang miliki nilai-nilai kelokalan pada tempat tersebut. Namun, pemaknaan cinderamata tergolong sebujektif. Sebagaimana konsumen-konsumen brand-brand yang terdapat di pusat perbelanjaan (mall) yang datang dari wilayah sekitaran kota-kota besar tertentu.

Trend[sunting | sunting sumber]

Pengertian trend pada busana tergolong kontemporer, dan selalu berubah-ubah. Trend dapat berupa selera terhadap sesuatu baik mode, musik, perangkat teknologi, serta jenis hiburan lainnya yang bersifat temporer. Biasanya trend berasal dari kebudayaan luar yang tersebar melalui penggunaan aktif sosial media dan perangkat digital lainnya. Namun pula, trend dapat berasal dari ide-ide atau produk-produk yang digunakan tokoh figur dengan menargetkan partisipasi publik. Kaitan trend dengan mode dapat dilihat dari selera berpakian yang berubah dari waktu ke waktu.


Hal lain yang berkaitan:[sunting | sunting sumber]

  • Kebiasaan berbelanja pada hari raya dan tahun baru

Daya beli konsumen meningkat pada hari-hari tertentu seperti hari raya, tahun baru, dan hari libur lainnya. Daya beli konsumen ini juga didorong faktor trend yang terlihat perubahan produk-produk busana yang berubah. Bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, berbelanja pada hari raya adalah suatu kebiasaan yang sudah terwariskan dari generasi ke generasi.